google7996de0c4c7b04f6

Thursday, July 2, 2015

Tas travel pengungkap karakter asli orang Belanda

Tiba-tiba saya mendapatkan email dari salah satu institusi di Belanda, apakah saya masih tertarik mengikuti pelatihan ditempatnya? sempat terdiam tapi langsung saya jawab ya tanpa pikir panjang. Tepatnya satu tahun yang lalu saya apply untuk mengikuti kursus singkat dibiayai pemerintah belanda tapi sayang ditolak jadi tidak terpikir lagi kalau akan dihubungi kembali dikemudian hari. Enam bulan kemudia 'wualah" saya mendapat undangan untuk mengikuti pelatihan selama 2 (dua) minggu di salah satu kota di Negara Kincir angin. So cari ilmu sambil jalan-jalan gratis was begin...

Perjalanan Jakarta Amsterdam cukup panjang tapi karena ini pertama kali, rasa keingintahuan saya mengalahkan rasa kelelahan yang mendera. Ini menjadi perjalanan panjang pertama saya ke negeri orang sendirian. Saya cek di daftar peserta ternyata hanya saya satu-satunya orang Indonesia. Sempat deg-degan tapi Bismillah saja. Tiba di bandara Schipol pukul 7 pagi saya harus lanjut menuju lokasi tepatnya di Ede wageningen. Sebelumnya sudah diinformasikan menuju ke lokasi dapat menggunakan kereta api, berhubung di Jakarta saya pengguna commuterline jadi pikir saya tidak masalah. 

Ternyata memang sistem transportasi di sana luar biasa, semuanya sudah terintegrasi dengan baik. Pada saat membeli tiket, saya diberikan penjelasan dengan baik oleh customer servisnya. Singkat cerita saya naik kreta dan transit di beberapa tempat yang disebutkan, sepanjang perjalanan tidak ada masalah kecuali tas saya yang segede "gaban" alias tambun alias kegedean. Butuh effort yang luar biasa untuk mengangkatnya dan hampir membuat saya frustasi. 

Sebesar ini neh tas travelnya

Tas travel yang besarnya melebihi badan saya itu, ternyata membawa cerita yang luar biasa tentang orang Belanda. Sepanjang perjalanan saya menuju Ede disetiap tempat transit yang saya singgahi sambil tergopoh-gopoh mengangkat tas, setiap itu pula selalu ada orang yang menolong saya. Lebih menariknya tidak harus saya yang meminta tolong, setiap yang saya temui dengan senang hati tanpa diminta mereka akan menolong saya. Bahkan jika saya hitung-hitung bule perempuan lebih banyak yang menolong saya dan yang perlu digarisbawahi "tanpa dimintai tolong loh". Pada setiap tempat itu pula, jika saya kebingungan maka tidak segan-segan mereka akan memberi tahu saya bahkan sampai menunjukan tempatnya.

Kontras sekali dengan pengalaman saya di bandara Soekarno Hatta Jakarta, setiba turun dari Taxi koper berat saya terjatuh. Mau tahu reaksinya.... semua orang melihat kearah saya, "itu saja" tidak ada respon untuk membantu. Diluar dugaan yang membantu saya adalah sekelompok laki-laki berparas arab dengan sigap langsung menghampiri dan mengangkat koper saya.

Saya sangat terkesan dengan sikap penolong yang ditunjukan oleh warga Belanda, sungguh di luar dugaan. Saya jadi berpikir "jangan-jangan orang Indonesia bisa sampai di jajah 350 tahun karena keramahan mereka". Saking ramahnya sampai-sampai kita tidak sadar telah dijajah lama sekali ???!!!