Menjelang akhir tahun dapur unit
pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) selalu hiruk pikuk dikejar deadline.
Tahun ini semakin special ditambah “ngeri-ngeri sedap” karena penetapan lokasi
tahun 2015 yang dilakukan 2 kali dalam kurun waktu yang tidak berjauhan. Penetapan
pertama pada bulan Januari dan penetapan berikutnya pada bulan April.
Implikasinya adalah tahapan bisnis proses yang dilakukan berulang, salah
satunya rekrutmen dan seleksi yang dilakukan dalam 2 (dua) gelombang. Ibarat
sebuah gerbong, maka gerbong belakang tidak bisa mendahului gerbong depan
karena harus berjalan berurutan, jika gerbong depan mogok maka gerbong
dibelakangnya otomatis akan ikut terhenti. Yang menarik seluruh proses
persiapan penyaluran tahap I bagi peserta baru dipersiapkan pada tahun
berjalan.
Pada bulan agustus menjadi
puncaknya “kehebohan” di UPPKH pusat, pada saat yang bersamaan rangkaian pelaksanaan kegiatan berjalan dalam waktu yang bersamaan. Bayangkan proses seleksi sedang
berjalan, bimbingan teknis (bimtek) memasuki batch pertama, diklat Family
Development session dimulai dan Training Of Facilitator untuk pendataan
Resertifikasi siap-siap akan dilaksanakan. Dengan jumlah SDM yang terbatas show must go on, seluruh sumber daya
harus dikerahkan termasuk sumber daya dari unit lain maupun lintas sektor. Satu
hal yang tetap kami jaga walaupun personil dibutuhkan dalam jumlah yang banyak,
kualitas personil yang diturunkan ke lapangan harus tetap sesuai standar. Langkah yang
dilakukan (1) Menyediakan stock personil dikalangan intern maupun ekstern unit
mulai dari assessor untuk seleksi, narasumber untuk bimtek sampai dengan
petugas admin (2) Melakukan pelatihan (couching)
singkat untuk setiap kebutuhan personil, hal ini penting sekali untuk kesamaan
persepsi pada saat menyampaikan materi ke petugas lapangan.
Pelaksanaan Bimtek di Manggarai Barat, Prov. NTT |
Berupaya agar seluruh rangkaian
proses dapat selesai sesuai jadwal, semata-mata agar bantuan bagi peserta baru
dapat disalurkan. Rasanya seluruh kehebohan tersebut tidak ada artinya jika
tujuan akhirnya tidak tercapai. Sekelumit cerita dibalik kehebohan yang terjadi
pada saat pelaksanaan Bimtek, salah satunya bencana kabut asap yang berdampak
pada terkendalanya penerbangan di beberapa lokasi seperti wilayah Kalimantan dan
Sumatera. Situasi tersebut bahkan telah meluas ke Sulawesi dan Papua.
Beberapa
jadwal Bimtek harus kami tunda sambil mencari alternatife wilayah terdekat yang
bisa dilalui. Lokasi-lokasi yang masih bisa dilalui melalui jalan-jalan alternatife
tetap dilaksanakan sesuai jadwal. Sebagai contoh Tim Riau, sehari sebelum
keberangkatan penerbangan masih confirm
on schedule. Ketika tim sudah dibandara tiba-tiba diumumkan penerbangan
menuju Riau cancel karena kabut asap,
hebatnya tim tidak patah semangat mencari cara menuju Padang dengan konsekwensi
lanjut via darat. Wal hasil sampai dengan malam hari menunggu antrian, penerbangan
yang tersedia melalui Medan. hebatnya dengan semangat 45 tim memutuskan tetap berangkat.
Lain cerita dengan Tim Kalimantan
Timur tepatnya Kabupaten Berau, penerbangan Jakarta Balikpapan on schedule,
Sayangnya penerbangan lanjutan menuju Berau dibatalkan. Dengan semangat show must go on, tim memutuskan tetap
berangkat via darat menembus hutan Kalimantan selama 14 Jam. Cerita menarik datang
dari salahsatu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang sebelumnya telah
diputuskan kegiatan untuk ditunda. Mereka menghubungi kami agar Bimtek tetap
dapat dilaksanakan, menurutnya penerbangan dapat dialihkan menuju Banjarmasin
kemudian lanjut via darat. Mereka menjamin kondisi kondusif dan siap menjemput.
Informasi yang sangat berharga tersebut langsung kami tindaklanjuti dengan
segera mengirimkan Tim.
Tim Bimtek Papua Barat yang terlantar, masih bisa menikmati sarapan |
Keseruan tidak terhenti disitu,
tim Papua Barat yang telah menuntaskan tugasnya, harus menunggu sambil
harap-harap cemas karena penerbangan kembali ke Jakarta masih belum jelas.
Menanti tanpa kepastian tidak membuat tim patah arang, keesokan harinya kembali
menjambangi bandara sambil terus berharap penerbangan dapat dibuka. Lain cerita
dengan Tim kepulauan di Maluku Utara, perjuangan menembus gelombang tinggi agar
dapat mencapai lokasi menjadi tantangan utama. Meninggalkan keluarga dan
bertekad kegiatan dapat dilaksanakan sesuai jadwal, salah satu penyemangat
untuk tetap melaksanakan tugas.
Antusiasme pusat untuk menuntaskan Bimtek menjadi tidak ada artinya ketika Kabupaten/kota pelaksana PKH tidak merasakan antusiasme yang sama. Terlebih jika kedatangan Tim pusat malah menjadi beban atau bahkan merepotkan disela-sela tugas rutinnya. Kenyataannya Program ini akan berhasil jika pemerintah daerah memberikan dukungan terhadap pelaksanaannya.
Pada akhirnya "deadline" bukan
semata-mata menjadi motivasi kami, ada tujuan yang lebih besar yang menjadi
penyemangat seluruh personil yang saat ini menjalankan tugas. Adalah penerima
manfaat Program Keluarga harapan (PKH) Tahun 2015 dapat menikmati bantuan pada
tahun ini. Bantuan yang nominalnya sering tidak diingat oleh para penerima,
tetapi kebahagian dan harapan yang menyeruak di wajah-wajah mereka pada saat
mereka telah menerima bantuan.